Bantul (MAN 1 Bantul) – Inovasi pembelajaran kembali ditunjukkan oleh MAN 1 Bantul melalui penerapan diferensiasi konten dalam mata pelajaran Sosiologi kelas X. Dalam materi “Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan”, guru memberikan pilihan media belajar berupa video, podcast, dan artikel yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa, menciptakan suasana belajar yang aktif, inklusif, dan menyenangkan. Kamis (24/7/2025)
Proses pembelajaran berlangsung di kelas dengan suasana yang hidup. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan preferensi gaya belajar mereka: visual, auditori, dan membaca/menulis. Bagi siswa visual, disediakan video pembelajaran interaktif yang menampilkan penjelasan konsep-konsep dasar sosiologi. Siswa dengan gaya belajar auditori mendengarkan podcast edukatif berisi diskusi ringan dan wawancara terkait ilmu sosiologi, sedangkan mereka yang senang membaca dan menulis difasilitasi dengan artikel ilmiah dan ringkasan materi yang bisa dipelajari secara mandiri.
QR code yang ditempel pada lembar kerja menjadi kunci untuk mengakses konten digital tersebut. Siswa cukup memindai kode dengan ponsel masing-masing untuk langsung mengakses sumber belajar pilihan mereka.
Salah satu siswi kelas X mengatakan bahwa metode ini sangat membantu pemahaman. “Saya lebih suka mendengarkan, jadi podcast membuat saya bisa memahami isi materi tanpa harus membaca panjang. Teman saya lebih suka menonton video, jadi kami tetap bisa belajar sesuai gaya masing-masing,” ungkapnya.
Guru pengampu mata pelajaran Sosiologi menjelaskan bahwa strategi ini sejalan dengan prinsip pembelajaran berdiferensiasi yang dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka. “Dengan memberikan alternatif media belajar, siswa merasa lebih terlibat dan termotivasi. Ini juga bentuk penghargaan atas keberagaman cara berpikir dan belajar di kelas,” tuturnya.
Hasil dari pembelajaran ini menunjukkan bahwa siswa lebih cepat memahami konsep dasar Sosiologi dan mampu mendiskusikannya dengan kritis. Selain itu, pendekatan ini juga melatih siswa untuk belajar secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri.
Penerapan diferensiasi konten di MAN 1 Bantul menjadi contoh konkret bagaimana sekolah bisa mengembangkan pembelajaran yang adaptif terhadap kebutuhan peserta didik. Diharapkan pendekatan ini terus dikembangkan dan bisa menjadi model pembelajaran yang lebih luas. (nv)
