Sumber Gambar: hamzahbatik.co.id
Penulis: Angger Karunia Hasan (XII IIK)
Pasar Djadoel Raminten merupakan salah satu perwujudan tradisi rempah di kawasan Sumbu filosofi. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Hamzah Batik ini merupakan bagian dari program “Wisata Berbudaya Sabtu Kliwon Hamzah Batik”. Hamzah Batik memang sangat kental dengan nuansa budaya Jawa di lingkungannya. hal ini dilatar belakangi oleh Hamzah Sulaeman selaku pemilik sekaligus pendiri Hamzah Batik yang sangat menyukai budaya Jawa.
Hamzah Batik semula bernama Mirota Batik mengambil inspirasi nama dari toko milik orang tuanya dulu. Mirota yang merupakan singkatan dari Minuman roti tawar dijadikan sebagai nama butik milik Hamzah. Hingga pada tahun 2004, toko milik hamzah mengalami kebakaran. Hal ini membuat Hamzah gelisah karena bangunan mengalami kerusakan dan untuk memperbaikinya harus dilakukan renovasi. Hamzah yang mengkhawatirkan keadaan karyawannya membuka toko Mirota batik yang berada di timur jalan Malioboro sebagai toko sementara. Alasan dibukanya toko sementara tak lain agar karyawannya bisa tetap bekerja sembari menunggu Mirota Batik dibangun kembali.
Hamzah Batik sejak tahun 1970, sudah berkomitmen menjadi tempat wisata budaya sekaligus belanja di Jogja. hal ini dibuktikan dengan suguhan dan pengenalan budaya Jawa kepada wisata domestik bahkan mancanegara yang digelar terus menerus. Program “Wisata Berbudaya Sabtu Kliwon Hamzah Batik” merupakan salah satu buktinya. Program ini setiap bulannya memiliki tema tersendiri, seperti pada bulan Agustus yang bertepatan dengan Hari UMKM pada tanggal 12 Agustus 2023, Hamzah Batik mengangkat tema “Pasar Jadoel Raminten bersama UMKM.”.
Dengan tema yang diangkat pada Sabtu Kliwon kali ini selain menyuguhkan atraksi budaya, Hamzah Batik mengundang mitra UMKM yang memiliki produk jajanan Jadoel untuk di jajakan di pelataran Hamzah Batik Malioboro selama Sabtu Kliwon berlangsung. Adapaun UMKM yang turut serta antara lain: UMKM Wedang Uwuh dan Wedang Telang, UMKM Jajanan Djadoel yaitu Mi Lethek, Lempeng Juruh, Gatot, Tiwul, Gethuk, Cenil, Gulali, Limun, dan lain sebagainya.
Pasar ini berada di Jalan Margo Mulyo, sehingga banyak para wisatawan baik domestik maupun mancanegara bisa merasakan dan mengenal berbagai makanan dan minuman jadul yang ada di Pasar Jadoel Raminten. Hamzah Batik menginisiasi gelaran Pasar jadoel ini untuk kembali mengunggah semangat para pelancong untuk mengenal jajanan tradisional yang kini semakin sulit dijumpai.
Tentu ini merupakan Bentuk kepedulian Hamzah Batik akan budaya Jawa. Terlihat juga di pasar ini menjajakan makanan yang kaya akan rempah- rempah seperti wedang Uwuh, Mi Lethek, dan lain-lain. Melalui pasar ini juga para wisatawan yang berkunjung dapat merasakan kembali jajanan yang saat ini mulai jarang dijumpai. Keberadaan pasar ini memberikan promosi budaya rempah di Yogyakarta kepada para wisatawan yang berkunjung. Apalagi keberadaan pasar ini yang berada di kawasan sumbu filosofi Yogyakarta kian menambah keistimewaan Yogyakarta sebagai kota budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Margana, Sri, 2023, Arung Samudera Nusantara dan Kosmopolis Rempah, Yogyakarta, Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Putri, Risa Herdahita, 2020, Kisah Rempah dan Kuliner Khas Yogyakarta, https://historia.id/kultur/articles/kisah-rempah-dan-kuliner-khas-yogyakarta-vYMka/page/1, diakses pada tanggal 14 Oktober 2023.
Hamzah Batik, 2023, Hari UMKM Nasional, Hamzah Batik Gelar Pasar Djadoel Raminten di Sabtu Kliwon, https://hamzahbatik.co.id/hari-umkm-nasional-hamzah-batik-gelar-pasar-djad/, diakses pada tanggal 12 Oktober 2023.
___, 2023, Jamu Gendong Menjadi Warisan Leluhur yang Harus Dilestarikan, https://hamzahbatik.co.id/jamu-gendong-menjadi-warisan-leluhur-yang/, diakses pada tanggal 12 Oktober 2023
Ermaya, Sir Kalifatullah, 2023, Analisis Lingkungan Industri pada Pelaku Usaha Mikro
di Hamzah Batik Yogyakarta, Universitas Koperasi Indonesia, Vol. 14 No.1, http://journal.ikopin.ac.id/index.php/coopetition/article/view/2928, diakses pada tanggal 15 Oktober 2023.