Siswa MAN 1 Bantul Bermain Enggrang dalam Rangka Mengikuti Diklat KIR dan Jurnalistik di Museum Tani

Bantul (MAN 1 Bantul) — Siswa-siswi MAN 1 Bantul mengikuti Diklat Karya Ilmiah Remaja (KIR) dan Jurnalistik di Museum Tani dengan antusias. Salah satu kegiatan menarik dalam diklat ini adalah belajar bermain enggrang, permainan tradisional yang kini jarang dijumpai. Melalui permainan ini, siswa tidak hanya bersenang-senang, tetapi juga berlatih menjaga keseimbangan dan ketangkasan. Aktivitas ini menjadi momen yang menyenangkan bagi mereka sambil mengenal lebih dalam budaya lokal. Kegiatan ini diharapkan dapat membangkitkan kembali minat anak-anak terhadap permainan tradisional, Selasa (29/10/2024).

Yustika Nurbaiti, S. Pd, selaku pendamping Ekstrakurikuler Jurnalistik, menjelaskan bahwa “Di sini siswa-siswi tidak hanya belajar bagaimana meliput kegiatan, tetapi mereka juga belajar bagaimana menggunakan enggrang yang sekarang ini sudah sangat jarang dimainkan oleh anak-anak.” Dengan bermain enggrang, siswa diharapkan dapat melestarikan budaya Jawa yang mulai ditinggalkan. Kegiatan ini memberikan pengalaman langsung kepada siswa mengenai pentingnya tradisi lokal dalam kehidupan sehari-hari.

Selain bermain enggrang, siswa juga mengikuti sesi pelatihan jurnalistik yang mencakup teknik meliput dan menulis berita. Mereka belajar dari narasumber berpengalaman yang membimbing mereka dalam praktik penulisan. Kombinasi antara kegiatan fisik dan pembelajaran teori ini menciptakan suasana yang menyenangkan dan edukatif.

Museum Tani juga menjadi tempat yang kaya akan informasi tentang pertanian dan budaya lokal. Siswa diajak untuk mengunjungi berbagai koleksi yang ada di museum, menambah wawasan mereka tentang sejarah pertanian di Indonesia. Pengalaman ini menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya dan lingkungan sekitar, serta menambah pengetahuan siswa tentang nilai-nilai tradisional.

Dengan kegiatan ini, siswa MAN 1 Bantul diharapkan tidak hanya memiliki keterampilan dalam jurnalistik, tetapi juga rasa bangga terhadap budaya mereka. Pengalaman bermain enggrang diharapkan dapat membangkitkan semangat untuk melestarikan permainan tradisional. Diharapkan, kedepannya, siswa dapat menjadi agen perubahan dalam mempromosikan dan melestarikan budaya lokal yang semakin terpinggirkan. (ynb)